PART 2
Tantangan Cerbung Ke satu


Cinta itu adalah wujud kehadiranmu

(Sumber foto : Google)


Seperti pagi yang tak butuh aroma untuk membuat embun jatuh cinta, begitulah ketulusan mama dalam mencintaiku.  Memang benar kata pepatah kasih ibu tak terhingga sepanjang masa.

Seandainya aku bisa melihat warna merah jambu tanda cinta yang selalu mama ceritakan. Aku ingin selalu mewarnai hari mama dengan warna itu agar hidup mama benar-benar dipenuhi dengan cinta dan juga kebahagiaan.
Ahh… semua hanya seandainya saja. Memang selama ini mama tak pernah menuntut kesempurnaan dari diriku, tetapi aku selalu merasa bahwa aku tak berarti hanya karena terlalu sering membuat mama susah.

“Cinta,” Mama menyapaku lembut, membuyarkan lamunanku dipagi ini.

“Ayo sayang kita kedepan rumah, hari ini gerimis sudah mulai turun pasti hujan sebentar lagi juga akan menguyur. Ayo, sayang. Kemarilah, sudah lama kan kamu merindukan hujan,” Ucap mama sambil menuntunku menuju kedepan rumah.

Pantas saja pagi ini sangat dingin, mentari yang biasa teriknya menghangatkan tidak terasa membalut tubuh, rupanya hujan yang sangat aku rindukan datang kembali menyapa bumi ku ini. Aku ingin melihat seperti apa bahagianya bunga-bungaku ditaman yang kehausan selama menanti semusim berlalu, pasti bahagianya mereka sama bahagianya seperti diriku.

Sejak aku kecil, mama sudah membiasakan diri untuk memperkenalkan benda-benda hidup maupun tidak hidup padaku,untuk merangsang kepekaanku, mengajari aku meraba, merasakan, mendengarkan bahkan mencium, agar aku tau benda-benda apa yang saja yang berada disekitarku. Dengan cara seperti ini juga membuat aku mudah untuk mengenal hal apa saja yang ada didunia ini, meski tanpa melihat setidaknya aku bisa merasakan.

Aku sangat mencintai hujan sejak pertama mama memperkenalkan aku padanya, tetesan hujan yang jatuh membasahi bumi, mengguyur tubuhku pertama kali sudah berhasil membuatku jatuh hati.
Aku sampai berfikir sepertinya sangat menyenangkan bila menjadi hujan, bebas rasanya ketika berhasil menjatuhkan tetesannya pada bumi, member tanpa mengharap kembali, dengan ikhlas menghidupi tanah-tanah tandus yang membutuhkan penghidupan, begitu sempurnakah menjadi hujan.

Saat dia datang semua manusia juga bisa melambungkan segala doa untuk dibawa pergi keatas langitnya, katanya doa yang diucapkan saat hujan turun menjadi salah satu waktu yang paling mustajab untuk berdoa. Terlihat sangat membahagiakan menjadi hujan, namun ternyata disisi lain banyak orang dewasa yang hanya berpura-pura menyukai hujan, mereka mengakui menyukai hujan, namun saat hujan datang banyak menghardik dan mencaci kedatangannya yang katanya menganggu beberapa aktifitas mereka.

“Ma…”

“Iya, sayang,”

“Apa bunga-bungaku ditaman senang ketika menyambut kedatangan hujan,” tanyaku penasaran.

“Jelas saja, selama semusim lebih mereka menanti hujan, ketika hujan datang jelas saja mereka bahagia. Seperti bahagianya kamu. Kamu tau tidak sayang? Rumput-rumput halaman depan kita akan kembali hijau seperti semula tanpa harus mama siram setiap pagi dan sore, jadi kamu akan bisa lagi bermain direrumputan sana. Dan kalau hujan sudah datang lebih dari satu kali maka mama akan izinkan kamu kembali untuk bermain dibawah guyuran hujan.”

“Benarkah,Ma?” tanyaku antusias

“Tentu saja,” Jawab Mama diiringi gelak tawa

“Maafkan mama sayang, tak bisa membuatmu bahagia dengan cara yang lebih,”

“Tidak,Ma! Ini sudah lebih membahagiakan untukku. Mama member lebih dari sekedar apa yang sangat aku butuhkan. Aku bersyukur kepada Allah. Karena telah memberiku malaikat sebaik mama untuk menjaga hidupku,” Aku kembali memeluk mama erat. Hujan sudah mulai turun dengan deras, namun derasnya belum mampu membungkam ketulusan suara hati mama.







- Bersambung ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini