Bawang Putih dan Bawang Merah

Oleh : Yunita Nurmalasari



(Sumber foto: Google)




Pada suatu senja yang sangat indah, di sebuah desa yang sejuk nan asri hiduplah seorang janda bersama dua orang putri, satu putri kesayangannya dan satu putri tirinya.

Sebelum Ayah Bawang putih meninggal, Sang Ayah telah menikahi Ibu tirinya yang sangat baik hati itu, namun ternyata kebaikan Ibu tiri Bawang putih hanya sandiwara belaka. Bagai drama kehidupan Ibu tiri Bawang putih yang biasa dipanggil Nyonya Rondo ini hanya berbuat baik kepada Bawang putih kalau Ayahnya sedang dirumah, ketika Ayah bawang putih pergi bekerja maka sifat baik Nyonya Rondo akan berubah 180’ menjadi sangat jahat, kejam dan menakutkan. Apalagi sekarang Bawang putih telah ditinggal Ayahnya pergi untuk selama-lamanya kejahatan Nyonya Rondo dan Bawang merah semakin menjadi-jadi.

Benar kata pepatah Ibu tiri lebih kejam, walau sekejam-kejamnya ibu tiri Ibukota masih teramat kejam.

Bak seorang pembantu Bawang putih disuruh mengerjakan pekerjaan rumah mulai dari menyapu, mengepel, mencuci piring, memasak, meyirami tanaman, sampai membersihkan isi rumah dan segala perabotannya ia lakukan sendirian. Untung Bawang putih adalah gadis yang baik hati, penurut dan tidak sombong, jadinya ia menuruti apa yang diperintahkan oleh Ibu tiri dan Kakak tirinya itu. Bawang merah adalah gadis yang sangat cantik, walau sedikit galak sebetulnya dia gadis yang baik, buktinya diam-diam ia membantu Bawang putih menyirami tanaman ketika sore hari saat Ibunya itu pergi shopping ke Mall.

Pada suatu hari Bawang putih pergi mencuci baju, saking derasnya air sungai yang mengalir tiba-tiba salah satu baju milik ibunya yang tengah dicuci terhanyut, karena panik dan takut dimarahi oleh Ibu tirinya karena baju kesayangannya yang baru dibeli kemarin sore di Mall dihilangkan olehnya, Bawang putih langsung berlari mengejar baju tersebut yang ternyata pada akhirnya nyangkut disebuah batu yang sangat besar. Disebelah batu tersebut ternaya ada seekor ikan mas yang besar karena berfikir sudah sehari semalam belum makan Bawang putih menangkap ikan ma situ untuk dibawa pula dan kemudian dimasak.

Saat tengah memasak, tiba-tiba Bawang merah datang menghampiri.

“Bawang putih apa yang tengah kamu lakukan?” tanyanya

“Aku tengah memasak seekor ikan mas yang kutemukan pagi tadi dari sungai. Aku sangat lapar Bawang merah, apa kamu mau ikut makan denganku?”

“Baiklah ayo kita makan bersama Bawang putih, sebelum ketahuan oleh Ibu mumpung Ibu masih jalan-jalan ke Mall kota sore ini.”

Setelah ikan mas digoreng dan dimakan dengan nasi seadanya ditambah sambal tomat yang lezat mereka segera mengemas kembali perkakas dapur seperti semula sebelum Ibu pulang.

“Bawang putih, bagaimana kalau kepala dan tulang belulang ikan mas yang telah kita makan ini dikubur didepan rumah agar ibu tak curiga kalau kita makan ikan dari sungai, aku takut nanti kamu kena marah oleh Ibu,” saran Bawang merah

“Baiklah aku akan menguburnya didepan rumah, aku akan mengambil cangkul dulu.”

Setelah tulang-tulang ikan tadi dikubur, Bawang merah membawa sebatang pohon jambu muda yang telah dicabut dari akarnya.

“Untuk apa ini Bawang merah?”

“Untuk ditanah diatas kuburan ikan mas tadi, biar ibu mengira kita baru saja menanam tumbuhan. Biar Ibu tidak begitu curiga. Kamu seperti tidak tau kalau Ibu itu bagaimana sifatnya”

“Wah…ide yang bagus itu, kamu memang kakak tiriku yang paling cerdas bawang merah aku jadi makin menyayangimu diam-diam hehehe”


***

Tiba-tiba sebuah mobil datang dan memarkirnya dihalaman rumah mereka, dua orang Pangeran tampan dari desa tetangga ternyata datang berkunjung.

“Assalamualaikum, permisi kenalkan nama saya Panji, dan ini paman saya yang masih setengah muda namanya Joko, saya lihat dua orang gadis cantik ini sedang menanam pohon jambu berukuran sedang, kebetulan kebun kami tengah mencari beberapa pohon untuk ditaman kembali ditaman rumah kami, kalo boleh perkenankan kami untuk membelinya.”

“Wa’alaikumsalam… Emm… sebetulnya jika kalian mau kalian boleh mengambilnya kok tanpa membelinya” Jawab Bawang putih malu-malu

“Iya, aku juga akan memberikannya padamu secara gratis, tapi dengan satu syarat,” tambah Bawang merah

“Wah, syarat apa itu Nona yang cantik. Kalau aku boleh tau?”

“Kamu harus menikahi adik tiriku Bawang putih ini, karena aku tidak mau dia terus-terusan menderita kelamaan menjomblo dan diejek tetangga nggak laku-laku. Jadi aku akan memberikan pohon jambu ini padamu dengan gratis, bagaimana kalian setuju?”

“Walah, kalau itu saya sangat setuju. Siapa yang nggak mau dijodohkan dengan gadis cantik seperti kalian ini.” Kata Panji bahagia

Tiba-tiba Nyonya Rondo datang dengan membawa banyak belanjaannya. Melihat keramaian yang ada didepan rumahnya tiba-tiba ia menyahut.

“Ada apa to ini, ramai sekali? Aduh kedatangan wong bagus-bagus darimana ini?” katanya

“Saya Panji dan ini paman saya Joko, kami kesini ingin membeli pohon jambu ini sekalian rencananya mumpung ada Ibunya disini saya akan melamar Putri Ibu yang bernama Bawang putih,” jelas Panji

“Lho, Putriku itu ya si Bawang merah, si Bawang putih ini Cuma anak tiriku tok, lihaten iki masih Ayunan Bawang merah to. Mosok wong bagus kayak kamu mau menikahi Bwang putih yang biasa saja. Pantesnya si Bawang putih itu sama pamanmu iki to,”

“Lho, Nyonya Rondo. Kok saya dibawa-bawa saya kan naksire sama Bawang merah to heheh” kali ini ganti Paman Joko yang menjawab.

“Tapi maaf Nyonya Rondo, dengan atau tanpa restumu aku akan tetap menikahi Putrimu Bawang putih ini. Ya sudah putih ayo kita pergi dari sini. Ibu tirimu memang sangat jahat,” bawang putih hanya mengangguk meniyakan tanda setuju kemudian mereka pergi sambil membawa tanaman jambu tadi. Diikuti kemudian oleh Joko.

“Bawang merah, calon istriku. Ayo kita juga ikut pergi dari sini kita tinggalkan Ibumu yang jahat ini sendiri disini.”

“Iya, Mas. Ayo kita pergi, maafkan aku nggih Ibu bukannya aku durhaka tapi ibu jahat terus. Sekarang gentian aku sama Bawang putih yang bahagia menjemput cinta kita. Aku akan kembali lagi kok nanti, jadi Ibu jangan sedih ya,Bu. Sekarang aku pergi dulu sampai jumpa ibu.”

Mereka semua melambaikan tangan salam perpisahan kepada Nyonya Rondo, sedangkan Nyonya Rondo masih menangis sendirian ditengah halaman rumah yang tak begitu luas.

“Maafkan Ibu, Anakku Bawang merah, Bawang putih. Sudah waktunya kalian menikah tapi ibu tak segera mencarikan kalian jodoh sampai akhirnya kalian harus pergi dan mencari jodoh kalian sendiri. Jangan tinggalkan Ibumu ini yang tengah sedih dikehilangan kalian,Nak.” 



- SELESAI -



Cerita ini adalah hasil adaptasi dari Cerita rakyat Bawang Putih dan Bawang Merah. Cerita ini mengalami beberapa bagian perubahan dan penambahan cerita oleh penulis untuk menjawab tantangan pekan ke-empat di Komunitas ODOP.



Komentar

  1. Kasihan ibunya... Padahal meski ortu Kita jahat Kan tetep harus birrulwalidain yaa .

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini