Sebuah PUISI




(sumber foto : google)






Apa kabar bumi pertiwi hari ini?


Tiada lagi genangan air akibat hujan semusim berlalu
Kekeringan melanda bumiku di bagian mana saja
Panas menyengat menyebabkan dahaga
Sedang tubuhku sudah basah kuyup oleh keringat

Sampah plastik, dedaunan kering, kertas yang terhempas
Sudah lebih dulu terbakar oleh kemurkaan
Ulah jahil tangan manusia ataukah bencana alam teguran sang pencipta
Melalap habis semua yang ada lingkungan atau bahkan para penghuninya

Udaraku sudah tidak segar lagi, tak sehat lagi bagi pernafasan kami
Udara disini bukan lagi menghidupi tapi racun pembunuh bagi kami
Udaranya lebih berpolusi dari macetnya kendaraan ibukota
Semakin sesak dada-dada yang berusaha lapang namun diciutkan kembali oleh kenyataan

Kemana larinya sebuah janji yang tiba-tiba dibawa serta pergi
Bersama ditinggalkannya sebuah kertas warna pelangi
Yang dibungkamkan kepada mulut sebagian pejabat negeri
Yang membuat kami malah semakin nyaris mati beringsut dibawah hukum yang tak diadili

Lalu kemakah aku harus pergi
Membawa lari ibu pertiwi
Sedang membawa diri sendiripun tak sanggup
Menjauh pergi dari sebuah tragedi negeri

Negeriku bukan negeri diatas awan yang bisa disaksikan dari kejauhan
Dia kabur dari pandangan tertutup kepulan asap
Paru-paru dunia pada sebuah negeriku telah dirusak
Oleh tangan-tangan jahil yang tak bisa dimintai pertanggung jawabkan

Lalu, kemanakah aku berlari
Menceritakan keadaan pilu sang ibu pertiwi
Ketika satu-persatu mulai bergantian mulut bocah kecil seperti kami
Sedang yang tertua disana berusaha menutupi telinga seraya berkata semua hanya wacana saja.







Nganjuk, 15 September 2019

Komentar

  1. bumi pertiwiku sedang lara, hanya bisa merintih dan berdoašŸ˜­

    BalasHapus
  2. Lalu ingat ost Bumi Manusia.. semoga Kita bisa menjadi penjaga untuk ibu pertiwi..aamiin.

    BalasHapus
  3. Bumi ku rumah ku, Mari jaga bumi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini