KOPLING WEEK1

OneWeekOnePost
#KOPLING_KomunitasPejuangLiterasiKabupatenNganjuk

#BelajarMenulis1

Secangkir kopi dan cerita yang telah mati

📝  :  @inarayunitaa_   Yunita Nurmalasari

Sore ini Senja berlalu begitu saja, aku yang tetap dalam sebuah penantian tanpa kepastian memang sengaja tak menyimpan sepotong senja pun untuk dihadiahkan padamu jika nanti penantian ini berujung sebuah temu, karena aku ingin kita berdua nanti yang akan menghabiskan senja itu bersama tanpa sisa. Walau pada akhirnya aku harus menelan sendiri rasa pahit yang lebih pahit dari secangkir kopi racikanku ini.

Mas... andai kamu tau, aku hanya menyuguhkan satu kopi untukmu malam ini. Ya, hanya satu saja. Kau pasti lebih tau apa alasannya, bukan ? kau yang selalu ingin berbagi, tanpa takut rasanya terbagi. Tapi itu dulu, jauh sebelum orang orang itu merebutmu dari ku, orang-orang yang bahkan aku sendiri pun atau bahkan kamu tidak mengenali siapa mereka, mereka mencoba menawarkan padamu sebuah bahagia ibarat : madu, susu, sirup, es marimas dan juga mungkin es cendol ataupun es krim. Yang dimana semua itu terlihat nikmat bukan dihadapan mu. Padahal jika kamu tau dibalik itu semua bukan rasa manis yang akan kau rasakan semua itu adalah rancun yang akan membunuh perasaan mu terhadap ku, dan penawarnya adalah jika ada sepotong hatimu itu untuk aku, maka racun itu tak akan menjalar ketubuhmu atau bahkan mungkin membunuhmu.

Tidak ada yang perlu di akhiri dari semua ini, karena memang diantara kita tidak pernah ada sebuah cerita yang dimulai, bukan ?

" Mas, dia siapa... Kekasihmu ?
Mas, kenapa kamu diam saja. Aku butuh jawabanmu. Mas, jangan hanya diam saja untuk memberi jawaban logika ku butuh penjelasan untuk dimengerti. "

Aku selalu saja bertanya dalam hati, entahlah aku tidak pernah punya keberanian untuk menanyakan kebenaran ini padamu, jiwaku belum siap menerima kekecewaan dan hatiku tak pernah siap terluka karena aku terlalu yakin bahwa mencintai mu adalah sebuah pilihan yang tepat.

Hari ini kamu menungguku...
Kamu tau tidak ? Aku sangat bahagia sekali, akhirnya penantian pada sebuah harapanku menjadi nyata. Kamu pasti ingin melihat Senja sore ini bersamaku, kan ? Pasti kamu menyesal telah membiarkan kopi racikanku menjadi dingin dan membiarkan senja berlalu begitu saja, tanpamu.

Baiklah, sore nanti aku akan membuatkan mu secangkir kopi lagi, racikannya dari sepotong senja yang telah berlalu kemarin, dengan rasa cinta dan beraroma rindu.
Tapi tiba-tiba sebuah pesan singkat dari mu muncul meramaikan notifikasi hape-ku, katamu sore ini kamu ingin aku menyuguhkan secangkir teh manis dan dua cangkir kopi. Tiba-tiba hatiku bertanya untuk siapakah gerangan sajian ini akan di suguhkan nanti ? Teh manis. Untuk akukah itu, secangkir kopi untukmu dan secangkir lagi kamu ingin suguhkan pada siapa ? Kamu juga memintaku untuk pergi ketaman depan kompleks, padahal ini bukan hari minggu seharusnya jadwal sore kita adalah pergi kepantai untuk melihat senja kan. Beribu tanya singgah dalam hatiku, entah mengapa aku merasa ada yang lain selain yang kita jalani setiap harinya.

***

" Ra... Kenalkan ini Putri Calon istriku. "

Perempuan itu tersenyum manis di hadapanku, sedang aku menahan perih didada yang semakin menyiksa. Rasanya saat itu logika ku tidak akan pernah bisa menerima sebuah kenyataan. Ini semua jauh dari harapan.

" Dan, Putri. Kenalkan ini, Ra. Adik perempuan ku "

Adik. Jadi selama ini aku adalah orang yang sudah kamu anggap sebagai bagian dari keluarga tapi bukan sebagian untuk hatimu, begitukah maksudmu.
Aku pergi meninggalkan kalian disana bukan karena aku tak punya rasa sopan santun untuk menghargai kedatangan kalian, tapi sore itu senja kita akan melihat semua yang telah terjadi sebagai sebuah peristiwa pilu bagiku. Aku tidak mau senja kita harus terbagi oleh kehadiran orang lain.

Mas, bukankah kita tidak terlahir dari rahim yang sama. Kita juga tidak sedarah apalagi bersaudara, jadi bagimu apakah semua hal yang kita lewati bersama senja setiap waktunya adalah hal yang biasa biasa saja bagimu. Tidak berharga apapun, dan bagimu ternyata aku hanyalah anak kecil yang kekanak-kanakan yang hanya pantas untuk kamu lindungi bukan yang kamu cintai.

Jika kamu tau, Mas sore itu senja berwarna merah. Iya terluka, merahnya menjadi memar, sama sepertiku sebelum bertemu denganmu. Aku tidak tau, sore itu jika kamu tidak datang lebih cepat dari yang kuperkirakan mungkin aku sudah tidak ada lagi didunia ini, dan bertemu denganmu malaikat penolongku rasanya hidupku seperti ada sebuah harapan lagi, senja itu merah merona tanda ia sedang berbahagia karena dia melihatku menemukan sepotong senja yang telah hilang dan yang telah lama ku cari.

Tapi sore ini, senja kembali memerah. Yang tadinya merah merona karena dia tau aku akan menjemput sebuah bahagia, dia berubah menjadi merah memar yang akhirnya berubah menjadi duka, sama seperti luka yang aku rasa hari ini.

Apakah aku bisa tetap terlihat baik-baik saja padahal batinku sedang terluka. Merelakan sepotong senjaku untuk menghias cakrawala langit yang lain.
Aku tau, Senja itu cuma satu namun ia terbentang luas di cakrawala langit dunia, sehingga sesiapapun boleh menikmatinya dari jarak, sudut pandang maupun tempat dan juga perasaan yang berbeda.

Jadi apakah hal ini bisa kujadikan alasan untuk melepaskan mu pergi pada hati yang sememangnya harus memiliki. Sama seperti aku harus rela berbagi senja dengan manusia pengagum senja lainnya.
.
.
.
.
.
.
Tulisan pertama saya untuk KOPLING.
MOHON KRITIK DAN SARANNYA, Sahabat Sastra 😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini