PART 6
Tantangan Cerbung Ke-Lima (Episode terakhir)
Cinta itu adalah wujud kehadiranmu
(Sumber foto : Google)
Hari ke-100 dari 99 hari yang dijanjikan, semua harus
berakhir di 97 hari, dan 2 hari sisa yang telah dijanjikan, Bima pergi entah
kemana tentu kepergiaannya membuat banyak tanda Tanya, apalagi dia tidak pernah
cerita apapun bahkan mengucapkan sesuatu sebagai tanda perpisahanpun tidak,
jika memang dia tidak ingun menemuiku atau mama kenapa dia tidak mengirim surat
saja melalui tukang pos misalnya.
Aku mulai takut kehilangan, bukan karena aku tak pernah
merasakannya, Ayah yang telah lebih dulu pergi bagiku adalah hal biasa bukan
suatu kehilangan karena tanpa adanya dia tidak pernah berarti apapun dalam
hidup kami. Apa ini cinta yang akan datang dalam hidupku yang ketakutannya
membuat mama harus berulang kali menasehatiku agar selalu berusaha tegar.
“Kring….Kring….Kring…” suara telefon rumah berbunyi, aku mengabaikannya
memang jarang sekali orang menelfon kecuali itu adalah para tukang ataupun para
penjual tanaman yang memiliki bisnis dengan mama, kali ini mama terdengar
begitu terharu bahagia menerima telefon yang entah dari mana asalnya yang jelas
kabar yang disampaikan seseorang itu lewat telefon tak membuat mama berhenti
untuk mengucapkan syukur.
---
Hari ke 103, entah kenapa aku masih saja menghitung hari
yang berlalu sejak bertemu dengan Bima aku jadi rutin menghitung jumlah hari
yang terlalui, entah karena aku ingin waktu cepat berlalu atau malah aku takut
jika waktu berjalan cepat dan apa yang aku takutkan kembali terjadi yaitu
ditinggal pergi oleh orang yang kita cintai.
Mama membawaku kesuatu tempat, tempat ini sangat ramai
seharusnya karena ada banyak manusia disini, tapi entah mengapa justru
sebaliknya suasana sangat sunyi, banyak wajah-wajah kekhawatiran disana
sepertinya terdengar dari beberapa percakapan yang kutangkap, banyak
wajah-wajah yang penuh harap akan suatu keajaiban terbesar terjadi, disisi lain
banyak juga suara yang terdengar sangat sendu, pilu dan suasana bisa saja
tiba-tiba berubah menjadi mencengkam.
Aku hanya duduk pasrah dikursi roda, membiarkan beberapa
orang dan mama membawa ku pergi melalui lorong-lorong panjang yang penuh dengan
doa serta harapan, sebelum pada akhirnya aku harus ikut mereka masuk kedalam
sebuah ruang yang sangat gelap dan menakutkan, sebelum pada akhirnya aku
memejamkan mata erat-erat.
---
Panas matahari kian menyengat, padahal sebentar lagi siang
akan berakhir dan senja akan datang.
Wajah senja begitu teduh, penuh kehangatan, sinarnya warna
jingganya sungguh sempurna keindahan senyuman itu begitu sangat tulus, aku
mulai melihat matanya berkaca-kaca sebentar lagi pasti hujan akan turun dari
sudut matanya.
“Mama,” kataku pertama kali ketika aku bisa melihat apa yang
ada dihadapan mata.
“Cinta, kamu sudah bisa melihat nak,”
“Iya, Ma”
“Alhamdulillah,”
---
Sudah sangat lama aku ingin bisa melihat, karena ini adalah
impian besarku dan mama pastinya juga impian Bima setelah beberapa waktu aku
mengenalnya,Bima berjanji akan menemaniku dia akan berada disampingku jika
nanti ada pendonor mata yang memberikan matanya untukku, dia juga akan jadi
orang pertama setelah mama yang akan kulihat ketika nanti mataku bisa melihat,
tapi dimana dia sekarang bukan hanya satu janji saja yang dia ingkari ini sudah
janjinya yang kesekian yang sudah dia ingkari.
Bunga dan tanaman lainnya yang tumbuh dihalaman rumah sangat
indah, mereka tumbuh dengan baik dan subur selama ini dibantu dengan Bima
halaman rumahku jauh lebih indan nan asri jauh dari yang kubayangkan.
“Cinta,”
“Iya,Ma.”
“Mama bersyukur kamu bisa melihat juga akhirnya, tapi Mama
sedih karena kamu kehilangan orang yang sangat kamu cintai,” ucap mama sedih,
sambil mengelus-elus kepalaku.
“Maksud Mama apa?” tanyaku masih tidak mengerti
“Bima…”
“Bima kenapa,Ma?”
“Ini…” mama memberikam padaku sebuah surat warna merah
jambu, biasanya surat berwarna ini digunanakan seseorang untuk menyatakan
perasaan bahagianya kepada seseorang tapi kalau itu soal kebahagiaan kenapa
mama harus menangis, atau karena mama terharu bahagia makanya mama menangis,
aku membatin dan hanya menduga-duga tanpa tau betul apa isinya, sebelum pada
akhirnya aku memutuskan untuk membacanya sendiri.
Dear Cinta,
Assalamualaikum Cinta,
Terimakasih karena telah memberiku kesempatan untuk menjadi
temanmu, maaf mungkin ini bukan pertama kalinya aku mengingkari janjiku sejak
99 hari yang kujanjikan aku harus gagal dihari ke 97. Aku sakit, aku tidak
ingin tau member taumu aku sedang sakit apa, bahkan mamaku perempuan yang
dimalam hari datang marah-marah kerumahmu hari itu tidak pernah tau juga
menganai penyakit yang sudah lama ku derita dan kusembunyikan.
Ketika aku pertama kalinya mengetahui sedang mengidap
penyakit ganas pada saat itu pula aku mengetahui jika ternyata papaku selingkuh
dia punya wanita simpanan lain selain mamaku yang saat itu menjadi istrinya. Saat
itu hidupku benar-benar hancur, aku kabur dirumah ketika aku berusaha bunuh
diri mamamu menyelamatkan aku, kejadiannya sudah lama mungkin mama sendripun
lupa aku siapa, wajah mamamu sangat tidak asing karena aku pernah menemukan
wajahnya dalam foto dilaci kamar papa, sebelum pada akhirnya aku mencari tau
dan menemukan sebuah kebenaran bukan papa yang selingkuh dari mamaku, tapi
papaku telah selingkuh dibelakang mamamu.
Ya, aku Bima Hanggara Raharjo, putra tunggal dari pak Wira
Raharjo yang tidak lain adalah Ayah kandungmu. Sejak saat itu aku datang setiap
pagi kerumahmu, melihatmu, memperhatikanmu dari jauh hingga timbul rasa
penyelasan dalam seumur hidupku, sejak saat itu aku bertekad untuk membayar
semua rasa bersalahku pada keluargamu, dengan mendonorkan dua mata ku ini aku
berharap aku tetap bisa melihat senyum Papa, kamu pasti sangat rindu kan dengan
ayahmu, aku berharap kamu mau memaafkan Ayahmu sama seperti Mamamu yang selalu
ikhlas, sabar dan tulus dalam mencintaimu. Maaf karena aku tidak bisa menjadi
adik yang baik untukmu Cinta, dan aku juga tidak bisa menjagamu layaknya
seorang adik kepada kakak perempuannya.
Aku berdoa semoga nanti kamu menemukan
cinta sejatimu lelaki yang bisa mencintai mu dengan tulus, menetap tanpa perlu
menatap melihat segala kekurangan tapi membiarkan kekurangan itu berada disana
dan ditutupi dengan segala kelebihan. Kutitipkan segala cinta dalam hati
untukmu.
Jangan pernah menyalahkan takdir, karena takdirmu tidak akan
melewatkanmu, dan yang melewatkanmu berarti dia bukanlah takdirmu.
Bima,
Loves.”
---
Basah.
Hujan yang turun dari kedua kelopak mataku ternyata sangat
deras, ada kenyataan pahit dibalik ketulusan hati Bima yang selama ini mama dan
aku tidak pernah tau, andai aku bisa memilih aku tak ingin Ayah ada disini
karena aku lebih butuh Bima sebagai pengganti ayah. Tapi benar kata Bima semua
sudah menjadi takdirnya, aku tak bisa memilih aku hanya bisa pasrah semoga dari
kejadian ini aku bisa belajar lebih sabar dan lebih tegar bahwa dalam hidup
terdapat banyak pelajaran berharga.
Cinta itu adalah wujud kehadiran kalian, mama, bima dan
orang-orang yang mencintaiku, orang-orang yang hidup dengan cinta dihati mereka
untuk memberikan cinta itu kepada orang lain yang membutuhkan cinta.
Bima aku janji, aku akan menjadi perempuan yang kuat, dimana
selalu sabar dan ikhlas dalam menjalani segala hal yang terjadi didunia ini. Terimakasih
untuk cerita yang selalu kamu ukir dengan indah bersamaku, meski mataku tak
dapat melihat semua kebaikan itu, tapi hatiku tak pernah mengingkari semuanya. Terimakasih
untuk segala cinta.
Komentar
Posting Komentar