PART 5



Tantangan Cerbung Ke-Empat


Cinta itu adalah wujud kehadiranmu

(Sumber foto ; Google)




November wish,

“Andai hanya dengan memegang tanpa perlu mengenggam apa yang ku miliki tidak terlepas, maka aku tidak perlu khawatir untuk kehilangan apa yang tengah aku miliki sekarang, cinta aku harap dia menjadi kekuatan terbesar dan suatu alasan untukku bertahan bukan untuk menyerah dan putus asa.”

Selama 97 hari kebersamaan,bukan hanya hatiku saja yang berbunga-bunga, taman halaman depan rumahku pun semakin banyak, bukan hanya berisi bunga-bungaan, banyak tanaman baru yang sengaja Bima dan aku tanam, selain itu disamping tanaman itu kami juga menanam sedikit tanaman apotek hidup untuk tambahan. Lagi-lagi fikiranku seperti ditarik kemasa dimana aku pertama kali mengenal Bima, Ya mungkin aku mungkin belum bisa melihat seperti apa indanya warna-warni pelangi dan seperti apa warna merah jambu tanda cinta tapi sejauh ini aku sudah bisa merasakan seperti apa indahnya warna-warna itu dalam hidupku sejak kehadiran Bima, banyak pelajaran hidup yang kudapat dari dia yang sederhana dan dia yang sabar, dia bahkan terlihat begitu tulus seperti tulusnya mama dalam mencintaiku.

2 hari lagi, 99 hari itu akan terlewati dengan sempurna jadi dengan begitu aku tidak akan punya alasan untuk menolak Bima yang ingin menjadi temanku. Memang sejak awal aku tak pernah berniat membuatnya tidak nyaman denganku. Meski mataku tidak bisa melihat namun hatiku bisa merasakan bahwa ketulusan itu ada pada dirinya.

“Cinta, mama harus keluar dulu untuk membeli beberapa bahan makanan yang sudah mau habis, kamu mau diluar rumah atau mama antar kedalam?”

“Cinta diluar saja ma, lagi pula sore ini cuaca sepertinya sangat mendukung jadi biar aku diluar saja bisa menikmati udara disore hari,”

“Yaudah kalau gitu mama pergi dulu ya, Assalamualaikum,”

“Wa’alaikumsalam”

Hening kembali.
Setelah mobil mama keluar dari halaman rumah, suasana kembali syahdu seperti semua. Aku benar-benar menikmati indahnya kesendirian ini. Tumben sekali sejak pagi tadi aku belum merasa kalau Bima kesini, kemana dia apa dia tak mau menghabiskan waktu senjanya bersamaku lagi atau dia begitu sibuk seharian sehingga belum ada waktu untuk menjengukku, bukankah sesibuk-sibuknya bima pasti mengabari atau dia akan kesini nanti malam, oh iya mungkin nanti malam dia akan kesini mama kan sedang keluar rumah pasti mama akan mengundang Bima untuk makan malam dirumah

---

“Tok…tok…tokkk,”

“Iya, masuk”

“Krekkk… Cinta, ayo sayang kita makan malam dulu,” ajak mama padaku.

“Iya,Ma. Ma… apa Bima datang kesini,”

“Tidak, ini kan sudah malam sayang. Sudah hampir pukul 10, apa sore tadi Bima tidak datang kesini?”

“Apa sudah hampir pukul 10 ma? Tumben sekali Bima tidak datang hari ini ada apa ya?”

“Emmm… mungkin dia tengah sibuk sayang, yaudah yuk besok kan masih bisa bertemu kalian tidak bersama satu hari kok kamu rasanya seperti rindu ya, hayooo…”

“Hehehee… enggak kok apaan sih mama.”

---
“Tok..tok..tok…”

“Siapa itu ya, kok malam-malam begini ketuk-ketuk pintu,”

“Buka saja, Ma. Siapa tau itu Bima,”

“Yaudah kamu tunggu sini ya biar mama buka dulu pintunya”

“Iya siapa ya?”

“Selamat malam bisa bertemu dengan Cinta,”

“Emmm…maaf dengan siapa ya kalau boleh tau?”

“Siapa saya anda tidak perlu tau, anda akan tau sendiri nanti yang jelas saya ingin bertemu dengan Cinta,”

“Maaf, anda ini siapa sebetulnya,”
Mendengar keributan dari arah depan aku langsung bergegas menuju keruang depan, sedang berbicara dengan siapa mama sampai bicara dengan nada tinggi seperti itu.

“Ma, ada apa ini?” tanyaku tidak mengerti

“Jadi kamu yang namanya Cinta,” seorang perempuan bernada tinggi melayangkan sebuah Tanya padaku

“Iya, saya. Maaf tante siapa ya?”

“Kamu tidak perlu tau siapa saya yang jelas saya minta satu hal dari kamu jauhi Bima, atau keluarga kalian akan hancur!” ancamnya dengan nada tinggi

“Kalian tidak perlu tau siapa saya, saya minta keluarga kalian menjauh dari anak saya, sejak bertemu dan kenal keluarga kalian, rumah tangga saya menjadi hancur berantakan. Bima tidak pernah lagi pulang kerumah, suami saya entah pergi kemana dan satu lagi… gara-gara kalian Bima tak pernah lagi menuruti apa yang menjadi keinginan saya, saya peringatkan sekali lagi pada kalian. Saya tidak pernah main-main dengan apa yang saya ucapkan. Mulai sekarang pergi jauh-jauh dari kehidupan Bima. Saya permisi, selamat malam.”

Wanita itu, aku memang tidak tau siapa ia, apakah ia mamanya Bima, kalau benar mengapa ia begitu benci dan marah padaku, apa yang sebenarnya terjadi pada Bima, dan kemana perginya dia sehari ini tanpa kabar.

“Cinta, kamu tidak apa-apa sayang?” Tanya mama cemas

“Cinta tidak apa-apa ma, tapi siapa wanita tadi mengapa dia begitu marah pada Cinta, apa cinta salah,Ma. Berteman dengan Bima?” aku mulai meneteskan air mata rasanya aku tak sanggup membendungnya lagi, benar apa yang menjadi prasangkaku selama ini semua pasti akan berakhir sama, apa benar tidak ada ketulusan cinta yang lain selain cinta dari mama.

“Tidak ada yang salah Cinta, semua adalah takdir Allah. Kita tidak bisa menolak dan juga tidak bisa menghindar. Kamu tidak usah ambil pusing ya, anggap saja kejadian tadi tak pernah terjadi ya?”

“Tapi,Ma.”

“Sudah ayo kita masuk, udara sudah semakin dingin.”

Haruskah hari ini berakhir tanpa kabar dari Bima yang entah ada dimana dan apa kabarnya? Harus berakhir menyakitkan dengan ancaman seorang wanita yang tidak pernah aku kenal, jika memang 99 hari itu tidak terlewati sempurna dan Bima ingin mengakhiri semua sekarang mengapa bukan dia saja yang mengucapkan salam perpisahan itu mengapa harus lewat orang lain dengan cara yang tidak terduga, bukankah dulu dia yang bilang sesuatu hal yang dimulai dengan tujuan baik berakhir pun juga harus baik tapi kenapa dia sendiri yang mengingkari, dan membuat semuanya berakhir seperti ini.





-Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini