Ketentuan takdirNya
(sumber foto : ejakata.blogspot.com)
Bukankah jodoh, maut, rezeki semuanya adalah takdir
allah yang telah dituliskan dalam kitab lauhul mahfudz. Lantas mengapa kita sebagai manusia masih saja gelisah dalam menjalani hidup hari ini dan dikemudian hari. Bukankah arti daripada iman itu adalah percaya. Ya, termasuk percaya bahwa segala hal yang terjadi dalam hidup kita adalah ketentuan dari takdir rencanaNya.
“Aku sibuk,” kataku. Iya, aku tengah sibuk
mempersiapkan diriku untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Bukankah
allah telah berfirman bahwa lelaki yang baik hanya untuk perempuan baik. Lantas
bagaimana dengan aku yang belum baik? Masih pantaskah aku mengharapkan lelaki
yang baik untuk menjadi pendamping hidupku kelak, paling tidak dia yang mampu
membuatku jauh lebih baik dari yang sekarang ini. Em… bukankah semua harus dilakukan
hanya karena Allah ta’ala. Tapi lewat perantaranya siapa tau Allah ingin
menjadikan aku menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Sesibuk apakah kita hari ini?
Apakah disela kesibukkan itu kamu pernah merasa jenuh,
galau bahkan mau hampir menyerah dan berkata “Ah… rasanya ingin menikah saja”
apalagi saat melihat teman seusia mu bahkan sahabat dekatmu satu persatu telah
menikah menemukan tambatan hatinya sendiri. Namun, sebetulnya jika kamu tau
kehidupan pernikahan jauh lebih melelahkan dan menikah itu butuh persiapan yang
matang. Butuh banyak ilmu, karena menikah bukan hanya soal cinta.
Sesibukah apakah kita hari ini?
Apakah dalam kesibukanmu pada urusan dunia itu,
masih terlintas pula tentang kematian yang bisa saja datang bertamu kapan saja
ia mau..
Atau saking sibuknya dengan urusan dunia yang
melenakan itu sampai kita sendiri kadang terlupa hanya untuk mengucap kalimat
syukur atas rejeki nafas yang masih berhembus sampai waktu ini, Rejeki atau
nikmat yang masih sering terlupakan adalah mengucap kalimat syukur itu sendiri
dalam hal apapun. Padahal nikmat sehat yang Allah berikan pada kita saat ini
adalah nikmat yang paling sering kita lupakan, dan musibah cobaan hidup yang
hanya datang sebagai ujian untuk meningkatkan derajat hidup kita yang tidak
setiap hadir namun selalu kita keluh kesahkan.
Sesungguhnya Rahmat Allah itu begitu luas untuk
seluruh semesta alam raya ini, Namun dari kita banyak yang kurang puas, masih
selalu merasa kurang, itulah manusia terlalu bernafsu apalagi soal ukuran.
Banyak dari kita di zaman sekarang yang lebih
menggunakan perasaan mereka istilah bekennya "mudah Baper", jika melihat
postingan instagram atau media sosial lainnya dengan pasangan muda-mudi yang
lebih memilih menikah muda untuk mengurangi perzinaan itu sendiri, namun
nyatanya dalam hal ini ada efek baik dan tidak baiknya juga. Padahal seperti
yang kita tau tidak semua yang ada dimedia social itu baik. Kita benar-benar
harus bias memilah dan memilih mana yang baik untuk dikonsumsi atau hanya
sekedar bahan hiburan.
Menikah itu bukan hanya soal komitmen atau penyatuan
dua karater berbeda bukan hanya pula penyatuan dua keluarga besar, menikah juga
bukan ajang perlombaan siapa cepat dia dapat, bukan pula kompetisi siapa yang
paling terlihat romantis itulah yang menjadi idola bagi para netizen kekinian. Menikah
itu adalah Ibadah paling lama, Maka dari itu pilihlah orang yang tepat untuk
menemanimu menjalankan perintahNya dan menyempurnakan ibadahmu.
Banyak dari kita berbondong-bondong berhijrah dengan
tanda kutip untuk memperbaiki diri agar mendapatkan jodoh yang pantas,
sebanding dan yang baik pula, padahal berhijrah yang semestinya dilakukan itu
untuk mencari perhatianNya, mencari cinta kasih dan ridhoNya,
Sahabat seandainya kita tau mempersiapkan diri agar
menjadi orang yang terbaik saat akan dilamar oleh kekasih hati kita itu sama
dengan mempersiapakan diri yang terbaik saat akan dilamar kematian, persiapan
kita tidak jauh berbeda yaitu memperbaiki diri,memantaskan diri, agar ketika
kita kembali padaNya nanti kita menjadi hamba terkasih pilihanNya, yang
termasuk golongan orang-orang shalih-shalihah.
Padahal ketika kita mati hanya ada tiga perkara yang
amalannya tidak akan terputus, yaitu : Amal jariyah, Ilmu yang bermanfaat dan
Doa anak yang sholeh-sholehah.
إِذَا
مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ
وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga
perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang
sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Mari kembali pada diri kita sendiri, sudah sejauh
mana kita mempersiapkan lamaran ini untuk diri kita, sesungguhnya dunia dan
seisinya adalah fana tidak ada keindahan yang abadi. Jangan menyibukkan diri
untuk mencari atau menunggu tapi perbaikilah dan jemputlah, jemputlah hidayah
itu, jemputlah cinta itu.
Tak perlu risau masalah hati perihal jodoh
pendamping dia akan datang diwaktu yang tepat, dimana Allah menetapkan bahwa
masing-masing dari kita sudah benar-benar siap mengemban amanah cinta dariNya.
Yuk …persiapakan diri kita berhijrah menjadi pribadi
yang lebih baik lagi untuk mendapatkan simpatiNya, karena kita tidak akan
pernah tau, entah ajal atau jodoh yang nanti akan melamar kita lebih dahulu.
Wilangan, 14 September 2019
Self reminder,
Komentar
Posting Komentar